Mencoba memahami dengan fasih tiap-tiap alur dan tikungan tajam di arena liar perburuan.
"HIDUP", berlari seperti 'target perburuan' yang kau sebut 'mangsa',
Saat
kau pikir tanah bumi adalah kebebasan penuh cinta dan mencintai, coba
pikirkan kembali, berhenti sejenak dan rasakan tiap-tiap rasa yang
ditinggalkan oleh mereka yang mengatakan cinta dan mencintai.
Yah...kaupun terhenyak sesaat, kemudian tersadar bahwa pertalian rasa
adalah abu-abu, cinta yang tak ber Tuhan adalah tragedi belaka. Kita
adalah target, alat, dan mangsa bagi mereka yang haus akan nafsu,
kompetisi, dan dominasi peran. Dan sialnya...mereka begitu ulung memainkan perannya, menggandakan seribu wajah dengan seribu senyum untuk terus mendekat dan mengelabui, bicara layaknya sekutu, namun nyatanya.....
Apa yang terjadi??
Menyadari bahwa dayamu sesungguhnya terkungkung pada penguasa arena yang haus akan pertikaian.
Menerima kenyataan bahwa Bumi ini tak lain adalah belantara. Jika urung kau dapati dunia ini punah, maka kaupun tidak lain adalah "mangsa" bagi satu sama lain.
Hitam dan Putih adalah induk warna-warni Pelangi;
awal
lahirnya benih-benih kebaikan dan keburukan yang kemudian kian melebur,
hingga menciptakan berbagai warna dari jiwa manusia.
Coba
tengok sebuah balada lampau, kisah bersaudara Habil dan Qabil - Labuda
dan Ikrima, akar dari sebuah tragedi berdarah.. kali kedua dimana
syaitan menggauli akal dan nurani manusia.
Inilah
akar yang menjerat, akar yang menjadi warisan purba anak cucu adam,
kebaikan dan keburukan yang bergumul, bertransformasi membentuk
uraian-uraian karakteristik yang rancu, dua unsur yang bersenggama
kemudian melahirkan sifat khas manusia sebagai mahluk pemangsa, namun
disisi lain merekapun adalah mangsa.
Tiap-tiap kita ibarat biri-biri, namun tiap-tiap kita pula ibarat seekor serigala. Bahkan kentalnya darah tidak lagi mampu
menjadi pengikat antara batin, kini tiap peluh dipandang "pantas" 'tuk
dikuras, tiap-tiap nyawa dipandang pantas 'tuk melayang sia-sia.
Balada:
"Lidahmu
menasbihkan ku sebagai kawan, namun hatimu membisikkan kepada
angin-angin bahwa aku adalah lawan. Kau pikir angin adalah kawan
setiamu? Bahkan malam tadi ia menyiratkan kepadaku tentang seluruh
kebencian dan kepicikanmu, hingga kemudian akupun memutuskan untuk
membidikmu sebagai sasaran belatiku. Namun tenanglah, aku hanya akan
menancapkannya tepat disaat kau benar-benar mengawasiku, agar kau tau
bahwa "aku" tidak akan melakukannya saat kau lengah. "Aku" yang ingin
kau rendahkan, tak terpikir untuk mengkhianatimu dari balik punggungmu,
karena pertikaian ini kau yang menyajikannya, maka akan kunikmati di hadapan kedua matamu sebelum kau sempat mengedipkan keduanya, kau akan
menatap wajahku lekat-lekat ketika belati ini tertancap tepat di
jantungmu, agar aku menjadi tatapan akhir di dalam tidur abadimu. Satu
hal yang kau ajarkan kepadaku..bahwa dunia ini adalah zona tempur, dan
kehidupan adalah pertempuran itu sendiri. Tidak ada koalisi di
dalamnya.. yang ada hanya kompetisi. As You Wish...."
Dan kedua jiwa itupun..MATI!
-Sekian-